Kampung Tua Sahabat Dekat Negara Tetangga *Pambang dan Sungai Kembung Jalur Internasional Tersohor


Kapal Kargo Bersandar di Pelabuhan
Sungai Kembung Luar
Sungai Kembung Luar atau Telukpambang lebih terkenal di Singapura, Johor Baharu dan Melaka. Bahkan sampai saat sekarang nama Pambang masih terkenal dengan berbagai komuditinya di ekspor ke negeri bunga raya tersebut. Hingga sekarang komuditi kelapa dalam, pinang kering, upih dan hasil kerajinan tangan menjadi andalan untuk di ekspor ke negeri bekas kerajaan Melayu tersebut.

SEBELUM  kemerdekaan RI keberadaan  Kampung Pambang sebutan bagi pedagang, agen dan juga warga Malaysia menyebutkannya. Hal ini disebabkan hubungan dagang yang  terjalin sejak kerajaan Riau-Johor hingga kerajaan Siak Sri Indrapura. Belasan tongkang belabuh dan keluar masuk dari muara Sungai Kembung Luar.

Tongkang-tongkang tak bermesin atau hanya mengandalkan layar dan terkenal dengan tongkang bugis milik beberapa saudagar di Pambang ini sudah sangat terkenal di Pelabuhan Temasik (Singapura), Muar, Batupahat dan juga Melaka.

Dahulunya Telukpambang terkenal dengan saudagar atau pemilik tiga sampai empat tongkang dengan nama Kamat bersaudara. Keberadaan Kamat bersaudara cukup terkenal di Temasik, Johor, Muar, Batupahat dan Melaka. Kamat bersaudaralah dahulunya menjadi saudagar untuk membawa keperluan pokok, sandang dan pangan dari Singapura dan Malaysia. Bahkan orangtua dan keluarga saudagar ini juga diyakini awal membuka kampung yang sekarang terkenal di siantero negeri jiran tersebut.
Pantai Telukpambang


Awalnya komoditi dibawa ke negeri jiran tersebut merupakan ojol (karet kering), kopra, telur ikan terubuk dan jenis ikan lainnya. Kemudian juga terkenal dengan tongkang pembawa teki dan arang bakau. Bahkan per dua pekannya bisa keluar dari Sungai Kembung Luar lima sampai enam tongkang. Bagi warga setempat smokil saat itu taklah dilarang karena hubungan emosional yang sangat dekat. 

Bahkan tak sedikit warga Pambang sekarang sudah menjadi warga negara Malaysia sampai sekarang.
Saat itu untuk ke negeri jiran taklah sesulit dan memenuhi segala administrasi terutama paspor pelayaran. Hanya bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sudah bisa berjalan kemana saja baik di Singapaura (singapur sebutan warga tempatan) dan berkeliling Malaysia. ‘’Bahkan almarhum orangtua kami pernah ke Singapur dan bersedekah dengan warga pendatang di Temasik dan berziarah ke makam keramat untuk sesuatu niat,’’ kata Supiah yang dulunya lebih mengenal Johor Baharu dan Temasik masa mudanya.

Nenek yang usianya mencapai angka seratus tahun ini juga mengatakan kalau dirinya mengenal teater dan pertunjukkan di Singapur dan Johor saat itu. Dirinya juga belajar bersyair dan juga berpatun karena sering dibawa almarhum orangtuanya ke Singapur dan Johor.

Supiah hidup di masa penting, yaitu zaman kerajaan Riau-Johor, Siak Sri Indrapura, penjajahan Belanda dan juga Penjajahan Jepang. ‘’Dulu orang Belanda dan warga sempat mengatakan bapak baru tak sama dengan bapak lama (menggambarkan penjajahan Belanda berbeda dengan Penjajahan Jepang). Sedihnya zaman penjajahan jepang keluarga kami ada dibawa dan tak pulang sampai sekarang,’’ kenangnya.


Kembali ke dunia perdaggangan antara Pambang dan negeri jiran. Sampai sekarang masih tetap berlangsung namun sudah melalui sistem administrasi resmi. Sebab sampai sekarang ekspor impor masih berlangsung. Beberapa tauke besar yang pada umumnya warga keturunan yang tetap melanjutkan perdaggangan antar negara ini. *** 

Comments

Popular posts from this blog

Bermain Layang Wau hingga Malam di Bengkalis

Keranjang Rotan Rohil Laris Manis

Mencari Kijing, Siput Gantung, Buah Tanah, Bongan dan Lokan (1) *Berwisata Mangrove di Kembung Luar