Kami Belum Merdeka

Jalan Bantan Air-Muntai Tak Kunjung Dibangun

"Kami belum merdeka" ungkapan ini keluar dari mulut Abu Samah melihat kondisi jalan di Desa Telukpapal, Bantan Air hingga ke Muntai.

Laporan Erwan Sani, Telukpapal

RUAS jalan sepanjang 16 Kilometer yang membelah antar desa di Kecamatan Bantan ini bukanlah jalan baru. Bahkan sudah sudah ada sejak berdirinya Kabupaten Bengkalis.

Perlu diakui jalan ini dahulunya pernah dilakukan pembangunan dengan sistem pengecoran. Namun saat itu terkesan apa adanya. Dalam kurun beberapa tahun badan jalan rusak berat hingga besinya "tumbuh" di tengah jalan.

Seirimg waktu berjalan, ruas jalan belasan kilometer ini semakin parah. Berlubang, patahan badan jalan dan berlubuk di mana-mana. "Jangankan melintas menggunakan kendaraan roda empat untuk sepeda motor aja payah," jelas Abu Samah.

Berada di ruas jalan sebagian sudah ditaburi sertu yang sudah terkuak ke pinggir jalan ini perlu hati-hati. Sebab lubang yang menganga siap makan korban.

Awal pekan lalu mencoba untuk melintasi jalan Bantan Air-Muntai mengendarai roda empat. Setelah sekitar 40 menit bergerak dari ibukota kabupaten, akhirnya di penghujung jalan rigit tepatnya di perbatasan Desa Mentayan-Telukpapal, ban mobil mulai menginjak sertu.

Awal kecepatan di atas 60 Km/jam turun drastis hanya 20—30 Km/jam. Awalnya tak badan duduk diam, seketika badan di dalam mobil mulai bergoyang-goyang ke kiri-kanan dan terhentak-terhentak. "Dah mulai menerpa gelombang tare (Utara, red)," jelas Samsir saat itu sedang menyetir.

Jalan yang sudah dibase ini banyak lubang besar dan kecil. "Jalan ni berkawah-kawah. Jadi nak berhati-hati betul milihnya, kalau tidak terjerembab awak," kata Samsir sambil badannya bergoyang mengelak lubang.
Berbeda di Telukpapal berbeda pula di ruas jalan menuju arah Bantan Air menuju penurun dan Muntai. Banyak besi dan badan jalan patah dan berlubang." Jalan macam inilah membuat kami malas melintas kat jalan ni untuk menuju Pambang," kata Nurjanah yang saat itu bersama dalam mobil kami tumpangi.

Seharusnya, kata dosen yang akrab disapa Janah ini, tak adalagi jalan lintas antar desa di Pulau Bengkalis rusak seperti ini. Sebab besarnya anggaran APBD Bengkalis akhir-akhir ini." Sekarang tinggal mau tak mau saja. Sebenarnya malu sebagai anak watan malu dengan kengkawan daerah lain datang ke pulau ini. Kadang mereka nyeletuk masa iya pulau yang katanya ibukota kabupaten masih ada jalan seburuk ini," jelasnya mengenang kata-kata teman-temannya yang pernah berkunjung ke Bengkalis.

Menurut dia, seharusnya jalan lintas antar desa prioritas utama Pemkab. Selain membuka isolasi juga meningkatkan perekonomian masyarakat."Yakinlah kalau jalan sudah bagus warga tinggal meletakkan ojol, kelapa, ikan dan komuditi lainnya di tepi jalan. Pasti datang pembelinya. Kalau sekarang ikan harus membusuk dan ujungnya dijadikan ikan asin. Kasihan masyarakat," jelas Janah.

Walaupun kurang perhatian, masih juga masyarakat mengatakan untung. Sebab kelapa masih ada agen besar menerima untuk di ekspor ke Malaysia." Kalau tertutup itu, mungkin dah banyak kelapa dalam jadi tampang atau benih, " tegasnya.

Dikatakan Fahmi salah seorang warga Bantan, harapan sudah pernah hangat didengungkan ke tengah masyarakat bahwa di tahun 2018 ini akan dimulai pembangunan jalan dengan sistem rigit. "Alhamdulillah sampai sekarang belum ada tanda-tandanya," jelas Fahmi yang sedang mengabdi di tengah masyarakat sekarang ini.

Disegerakannya pembangunan jalan belasan kilometer itu sebenarnya menjadi urat nadi perekonomian bagi masyarakat. Apalagi semua tahu, kalau di sepanjang jalan tersebut warganya petani dan nelayan. "Daerah itu terkenal sebagai sentra perikanan dan perkebunan kelapa," jelas Abu Kasim yang merupakan warga Bantansari.

Perlu diketahui pembangunan atau peningkatan jalan Bantan Air-Muntai di Kecamatan Bantan dimasukkan dalam proyek multiyers Pemerintah Kabupaten Bengkalis senilai Rp388 miliar. Namun sampai triwulan ketiga belum ada tanda akan dimulai pengerjaannya.

Seperti disampaikan Pemkab melalui Diskominfo ke media beberapa waktu lalu, anggaran sebesar Rp388 miliar yang akan dibayar dalam empat tahun anggaran itu digunakan untuk membangun atau meningkatan jalan Muntai-Bantan Air yang panjangnya sekitar 16 Km.

Artinya, jika jalan Muntai-Bantan Air yang akan dibangun atau ditingkatkan itu lebarnya 6 meter dan cost (harganya) rata-ratakan, maka setiap Km seharga Rp24,250 miliar atau Rp4,042 juta per meter bujur sangkar alias per meter persegi.

Mengapa jalan Muntai-Bantan Air akan dibangun atau ditingkatkan kualitasnya melalui program MY? Salah satunya, jika pembangunannya dilakukan secara reguler dan umpamanya setiap tahun hanya dianggarkan Rp25 miliar, maka untuk menuntaskan jalan sepanjang kurang lebih 16 Km itu, perlu waktu 15,5 tahun atau hampir 16 tahun lamanya. Sedangkan melalui program MY, waktu 15,5 tahun itu bisa dipangkas hanya menjadi seperempatnya. Hanya 4 tahun anggaran.

Semogalah apa yang disampaikan pemerintah jadi realita. Sehingga masyarakat tak merasa hanya dapat kabar burung saja. ***

Comments

Popular posts from this blog

Bermain Layang Wau hingga Malam di Bengkalis

Keranjang Rotan Rohil Laris Manis

Mencari Kijing, Siput Gantung, Buah Tanah, Bongan dan Lokan (1) *Berwisata Mangrove di Kembung Luar