Mencekam, Luka Lama Terkoyak Lagi
Banjir
yang terjadi sejak Senin malam (8/2) menghanyutkan sejuta harapan puluhan ribu
masyarakat Kampar. Padi di sawah berantakan, ternak-ternak terbawa arus,
buku-buku pelajaran bercampur lumpur, seragam sekolah tak berwarna lagi,
ikan-ikan keluar dari kolam dan kerambah-kerambah. Tak hanya itu, dua nyawa
melayang, satu bocah sempat membiru.
Senin pagi (8/2), aktivitas masyarakat di
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar berjalan sebagaimana biasa.
Anak-anak ke sekolah, para orang tua beraktivitas mencari nafkah. Sebagian ada
yang duduk santai di warung-warung tepi Sungai Kampar menikmati secangkir kopi
setelah selesai memberi makan ikan-ikan yang di dalam kerambah.
Namun
menjelang siang, keadaan berubah. Aparat desa datang menyampaikan pengumuman
bahwa kondisi PLTA Kotopanjang sudah di ambang batas. Keputusan dilematis harus
diambil, debit air waduk mencapai 84,95 meter Di atas Permukaan Laut (DPL),
manajemen PLTA harus melepas air dan membuka pintu spill way.
Mendapatkan pengumuman tersebut, masyarakat mulai sibuk. Para petani kerambah
berpacu dengan lajunya air agar peristiwa hanyutnya kerambah tak berulang.
Melihat dari banjir yang biasa
terjadi, setidaknya seperti peristiwa Januari 2016 lalu, sebagian masyarakat
mulai memindahkan peralatan rumah tangga ke bagian-bagian yang lebih tinggi
hingga lebih kurang satu meter di dalam rumah. Tapi menjelang malam, Sungai
Kampar mengalir deras dan meluap begitu cepat, tak cukup lagi waktu untuk
berbenah, kepanikan terjadi.
Kesibukan evakuasi terjadi sejak Senin
malam (8/2). Tim gabungan dari Pemkab, TNI, Polri, Basarnas dan warga berusaha
maksimal, berpacu dengan derasnya air sungai untuk mengevakuasi warga. Proses
evakuasi diwarnai dengan jeritan ketakutan, terlebih tangisan bayi yang
memilukan. Seperti di Desa Tanjung Rambutan, beberapa ibu rumah tangga dengan
baju basah kuyup menggendong anak yang masih balita berdiri terpana di pinggir
jalan, menunggu sanak keluarga untuk membantu mengantarkan ke rumah kerabat
yang lain di Bangkinang. “Hendak kemana bu?”, Riau Pos menyapa. “Mau mengungsi, rumah sudah terendam banjir,”
jawab seorang ibu rumah tangga yang kemudian berlari menuju salah satu mobil
pick up untuk mencari tumpangan.
Kepanikan mencapai puncaknya pada Selasa (9/2). Sejumlah akses jalan terputus,
salah satunya jalan dari Kecamatan Bangkinang Kota ke Kecamatan Bangkinang yang
sekaligus sebagai jalur dari Bangkinang Kota menuju Petapahan. Jalur ini selama
ada PLTA Kotopanjang sudah tidak pernah lagi terendam banjir, namun kali ini
hampir rata direndam banjir. Tim gabungan terus melakukan evakuasi,
karena keterbatasan peralatan, masyarakat pun berusaha secara mandiri untuk
melakukan evakuasi keluarga yang memerlukan bantuan. Perahu-perahu plastik
digunakan sebagai alat evakuasi seadanya, namun ada juga yang masih memiliki
sampan kayu berusaha untuk menyelamatkan anggota keluarga.
Unsur Pimpinan Pondok Pesantren Darun Nahdha Tawalib Bangkinang Ir H Abdul
Gaffar MM kepada Riau Pos ketika
ditemui di lokasi banjir mengatakan bahwa mengetahui terjadi banjir, maka
santri ditempatkan seluruhnya di lantai dua asrama. Seluruh guru dan karyawan
Darun Nahdha Tawalib Bangkinang melakukan pengawasan ketat terhadap keselamatan
santri dan secara bergotong royong menyalurkan makanan dan minuman untuk para
santri.
Pada Selasa siang (9/2), seluruh santri perempuan sudah dijemput oleh orang tua
masing-masing. Sedangkan para santri laki-laki ada beberapa orang yang masih
bertahan di asrama, karena jauh dari kampung halaman. Namun aktivitas
pembelajaran diliburkan hingga banjir benar-benar berlalu. Ada dua santri
perempuan yang sempat pingsan karena nekat mengarungi jalan yang masih
digenangi banjir. Namun keduanya langsung dievakuasi dan dilarikan ke Posko
Induk di Lapangan Merdeka Bangkinang Kota. “Mereka sudah disuruh sabar menunggu
antrian untuk evakuasi, tetapi malah nekat mencoba menempuh jalan yang airnya
mengalir deras, akhirnya pingsan. Namun hal itu tidak terjadi lama, karena
langsung dibawa ke Posko untuk mendapatkan pertolongan medis,’’sebut Gaffar.
Imar, salah seorang warga Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang yang terbaring lemah
karena sakit perut setelah nekat mengarungi banjir ke tenda pengungsian
Lapangan Merdeka Bangkinang Kota, menuturkan betapa dahsyatnya banjir yang
tiba-tiba datang memasuki rumahnya. “Tak bisa banyak bergerak lagi, saya ambil
barang di satu sudut, sudut lain sudah terendam. Akhirnya semua saya tinggalkan
saja, saya lebih berfikir selamatkan diri,’’tutur Imar.
Untuk mengetahui kondisi masyarakat yang terkena banjir, Danrem
031/Wirabima Brigjen TNI Nurendi, MSi (Han) datang ke
Kabupaten Kampar dan mampir ke Posko Induk di Lapangan Merdeka Bangkinang
Kota. Setelah meninjau dan menghimpun informasi, Danrem mengatakan bahwa
seluruh lini sudah bergerak untuk membantu masyarakat yang terkena musibah
banjir, seperti TNI, Polri, BPBD, Dinas Sosial, Satpol PP dan berbagai jajaran
terkait. “Saya lihat seluruh lini sudah bergerak, bahkan sudah ada posko induk,
dan saya harapkan juga ada posko di seluruh kecamatan, agar posko
darurat banjir yang didirikan terorganisir, sehingga bantuan tersalurkan secara
terpusat,’’ucapnya.
Menurut Danrem, untuk membantu masyarakat, prioritas yang harus dilakukan
adalah melancarkan transportasi menuju lokasi banjir. Danrem menyebutkan juga
telah menghubungi sejumlah perusahaan yang memiliki helikopter untuk membantu
menyerahkan bantuan kepada masyarakat yang berada di daerah terisolir.
Sementara, untuk perahu karet dikabarkan sudah ada 12 unit yang terus bergerak
membantu evakuasi warga. “Pada titik yang arusnya sangat deras digunakan upaya
evakuasi dengan perahu yang menggunakan mesin,’’sebutnya.
Bupati Kampar H Jefry Noer SH di sela kesibukannya memimpin penyaluran bantuan
mengatakan bahwa melihat banjir yang terjadi cukup parah sejak 1978,
kondisi di Kampar saat ini memang sudah tanggap darurat banjir. Oleh karena
itulah, sangat tepat bila seluruh lini terlibat untuk membantu masyarakat,
seperti dari Provinsi Riau bahkan diharapkan juga dari Pemerintah
Pusat. Banjir bukan hanya merendam pemukiman penduduk, tetapi juga
meluluhlantakkan perkebunan, pertanian dan usaha perikanan masyarakat. “Ini
banjirnya luar biasa dahsyat setelah 1978,’’ucap Jefry.
Kondisi darurat karena banjir juga terjadi di Kecamatan Tambang. Evakuasi warga
dilakukan sejak Rabu (10/2), dimana banjir terparah di Kecamatan Tambang mulai
terjadi Rabu tersebut. Namun, sebagian besar masyarakat yang dievakuasi memilih
untuk dibantu mengungsi ke rumah kerabat terdekat yang tidak terkena banjir.
“Banyak warga yang memilih mengungsi ke rumah kerabat terdekat, hanya beberapa
orang saja yang tidak menginap di rumah keluarga mereka. Selain itu, ada juga
yang memilih bertahan untuk menjaga rumah,”ucap Camat Tambang Mulatua kepada
Riau Pos.
Mulatua
menyebutkan bahwa di Kecamatan Tambang ada dua warga yang dievakuasi karena sakit.
Satu orang warga dievakuasi karena hendak melahirkan, dan harus menjalani
operasi di rumah sakit. Satu orang lagi warga yang sudah sakit sejak sebelum
banjir, dan ketika banjir kondisinya tak kunjung membaik sehingga dilarikan ke
rumah sakit di Bangkinang. “Intinya bagi yang butuh evakuasi, langsung
dievakuasi. Alhamdulillah bantuan personil untuk evakuasi cukup
banyak,’’ucapnya.
Menyinggung
pendistribusian sembako, Mulatua menambahkan bahwa sembako disalurkan melalui
jalur transportasi darat dan jalur transportasi air. Jalur darat ditempuh untuk
daerah yang sudah memungkinkan ditempuh kendaraan bermotor, sedangkan jalur air
ditempuh untuk daerah yang masih tergenang banjir cukup tinggi. “Kondisi air
sudah menunjukkan penurunan, akan tetapi sebagian besar desa di Tambang masih
tergenang. Semoga banjir segera berlalu,’’harapnya.
Terkait masyarakat yang dievakuasi, dr Resi dari Puskesmas Tambang ketika
dikonfirmasikan mengatakan bahwa pasien yang kemarin dirujuk ke rumah sakit
sebanyak dua orang, satu orang karena melahirkan, dan satu orang lagi
karena menderita kadar gula rendah. “Pasien yang hendak melahirkan itu dirujuk
karena harus dioperasi. Sedangkan pasien yang satu lagi sudah dalam kondisi
kurang sehat sejak sebelum banjir, dan ketika banjir tiba, penyakitnya tak
kunjung membaik sehingga harus dirujuk,’’sebutnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pulau Jambu M Isya yang ditemui Riau Pos dengan
kondisi keningnya yang robek karena luka saat mengevakuasi warga mengatakan
bahwa sebagian masyarakatnya diungsikan ke tenda pengungsian di Desa
Penyesawan. Masyarakat berada di tenda pengungsian yang didirikan bersama oleh
Pemkab Kampar bersama tim Dikkes Polda Riau, serta gabungan TP PKK
Kampar, KNPI dan Dubalang Kampar.
Di
saat menunggu jadwal makan siang, salah seorang pengungsi tampak terbaring
sakit dan sedang memperoleh perawatan medis oleh tim Dokter Polda Riau.
Pengungsi yang sakit bernama Mina (24), dia shock karena sang ayah dilarikan ke
RSUD Bangkinang karena mengalami sesak nafas. Menurut warga di pengungsian,
warga yang sakit tersebut bernama Mina (24) yang memang sejak sebelum banjir
pun sudah sering mengalami hal serupa.
Pada
Kamis (11/2), banjir yang masih merendam wilayah Kabupaten Kampar, mengakibatkan
aktivitas salah satu pasar mingguan masyarakat yakni Pasar Rumbio Kecamatan
Kampar terpaksa pindah ke pinggir jalan. Ratusan pedagang menggelar dagangan di
pinggir Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang. Para pedagang membuka lapak seadanya
dan menempatkan beberapa dagangan di hadapan mereka. Kondisi yang darurat
tersebut membuat para pembeli harus berjuang mencari pedagang langganan mereka.
Namun jumlah pedagang yang berjualan pun tidak banyak, karena sebagian pedagang
juga menjadi korban banjir dan menjadi pengungsi.
Satu hari kemudian, Jumat (11/2), banjir parah sudah beralih ke Siakhulu.
Banjir yang melanda Kecamatan Siakhulu diperkirakan akan lebih lama
dibandingkan dengan banjir yang terjadi pada bulan Januari 2016 yang lalu.
Sebab, ketinggian air pada banjir yang di Siakhulu mencapai puncaknya Kamis
(11/2) lebih tinggi dibandingkan banjir bulan lalu. Meskipun demikian, sebagian
besar masyarakat lebih memilih untuk menetap di rumah masing-masing. Pada
umumnya, masyarakat di Siakhulu memiliki cara tersendiri untuk bertahan dalam
rumah ketika banjir datang, yakni dengan memasang papan di partisi tengah rumah
sehingga begitu mengetahui ada banjir, masyarakat pindah ke bagian yang lebih
tinggi yang diberi papan.
Kondisi tersebut dibenarkan oleh Camat Siakhulu Fajri Adha. Disebutkannya,
bahwa banjir yang melanda Siakhulu kali ini memang lebih memperihatinkan, sama
halnya dengan kondisi yang dialami kecamatan lainnya yang dilanda banjir pada
Februari 2016 ini. “Kalau secara psikologis, masyarakat memang sudah
terbiasa menghadapi banjir. Tetapi, banjir kali ini memang lebih besar, lebih
parah dan tidak diduga akan sebesar ini,’’ucapnya.
Terkait adanya masyarakat yang enggan mengungsi karena mereka sudah memiliki
persiapan bila banjir datang. Hanya saja, dari segi ekonomi, banjir tetap
meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian masyarakat. Hewan ternak hanyut,
sawah dan ladang rusak, ikan-ikan mati dan hanyut dari kolam dan kerambah.
“Intinya masyarakat sangat membutuhkan bantuan sandang dan pangan. Sebab,
masyarakat tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, pakaian tidak seluruhnya
dapat diselamatkan, dan termasuk juga kebutuhan kaum perempuan dan
bayi,’’ungkapnya.
Fajri
memperkirakan banjir kali ini di Siakhulu bertahan mencapai 4 sampai 5 hari,
yakni lebih lama 2 hari dari banjir yang telah lalu. Sebab, ketinggian air yang
merendam pemukiman juga lebih tinggi dari bulan lalu.
Pada
kesempatan terpisah, Kepala Desa Buluh Cina Muhammad
Ralis kepada Riau Pos mengatakan bahwa
masyarakatnya lebih banyak yang memilih bertahan di dalam rumah, karena sudah
ada tempat yang dibuat sendiri oleh masyarakat untuk bertahan jika banjir
datang. Hanya lebih kurang 30 Kepala Keluarga (KK) saja yang memilih untuk
mengungsi karena rumah tidak mungkin lagi dijadikan tempat untuk bertahan.
Banjir
yang cukup dahsyat melanda Buluh Cina kali ini telah menimbulkan kerugian yang
diperkirakan mencapai Rp1,5 Miliar lebih. Sebab, jalan desa hancur, bibit ikan
mati, tanaman palawija juga mati, sebagian besar ternak hanyut terbawa arus.
Jumlah rumah yang terendam sebesar 454 KK, dan bila diukur dari jumlah jiwa
sebanyak 1662 jiwa.
Dua Tewas
Selama banjir melanda Kampar di bulan
Februari 2016 ini, ada dua warga yang tewas. Satu orang yakni Marzuki (51),
warga Desa Ranah Kecamatan Kampar yang kelelahan setelah memperbaiki kerambah
di Sungai Kampar pada Senin (8/2). Satu orang lagi warga yang harus
kehilangan nyawa adalah Roni Fadillah (18) di Kecamatan Rumbio Jaya yang hanyut
pada Selasa (10/2).
Di tempat terpisah, di Pulau Sialang
Rumbio Kecamatan Kampar, banjir nyaris merenggut nyawa seorang anak Bawah Tiga
Tahun (Batita) bernama Zafran (1,5) di Pulau Sialang Rumbio Kecamatan Kampar.
Untung saja, Zafran yang sempat membiru karena banyak menelan air
cepat dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas 24 Air Tiris Kecamatan
Kampar sehingga nyawanya bisa terselamatkan. Kepala Puskesmas dr Elfi Azrianti
membenarkan bahwa kondisi tubuh Zafran sempat membiru saat dibawa ke
UGD Puskesmas. Namun setelah diberikan pertolongan medis, akhirnya Zafran
kembali pulih dan dapat dibawa pulang oleh orang tuanya.
Dapur Umum
Untuk membantu masyarakat yang terkena
musibah banjir, pada tahap awal, Pemkab Kampar bersama TP PKK Kampar, KNPI dan
Dubalang Kampar menyalurkan nasi bungkus. Selanjutnya, Pemkab didukung TP PKK,
KNPI dan Dubalang Kampar mengoperasikan dapur umum. Ketua TP PKK Hj Eva Yuliana
SE berusaha menemui masyarakat dengan berbagai cara, baik melalui jalan kaki
mengarungi lokasi banjir, maupun menggunakan sampan. Kemudian, Eva bersama
rombongan bergotong royong bersama masyarakat memasak di dapur umum bersama
yang ditempatkan di kecamatan-kecamatan.
Pemetaan Wilayah Rawan Banjir
Pada kesempatan terpisah, Kepala BPBD Kampar Drs Santoso MPd mengatakan bahwa
melihat banjir yang terjadi hampir setiap tahun di Kabupaten Kampar, BPBD
Kampar ke depan akan kembali melakukan pemetaan ulang daerah-daerah yang rawan
banjir. Sebab, pada banjir kali ini, daerah yang terkena banjir lebih banyak
dari tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, Santoso berazam bahwa ke depan akan dilakukan pembinaan lebih
banyak terhadap perwakilan masyarakat desa di daerah rawan bencana untuk
menjadi relawan siaga bencana. “Nanti lebih lanjut akan dibicarakan dengan para
Kepala Desa bagaimana teknisnya, terutama terkait dengan kelengkapan peralatan
siaga bencana dan upaya pembinaan masyarakat untuk siaga bencana,’’tukasnya.
Persiapkan Fogging Massal
Sehubungan dengan telah mulai surutnya banjir di sejumlah kecamatan di Kampar,
Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Kampar mulai mempersiapkan pelaksanaan
fogging massal. Sedangkan untuk daerah yang masih terkena banjir, para tim
medis masih siaga di posko-posko darurat.
Kepala
Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kampar dr M Haris memaparkan, daerah yang sudah
mulai lepas dari banjir, masyarakat masih disibukkan dengan kegiatan
membersihkan rumah dan peralatan rumah tangga yang kotor dan rusak karena
banjir. Kemudian, seluruh tim medis yang tersebar di Puskesmas-puskesmas, Haris
mengintruksikan untuk tetap memantau kondisi kesehatan masyarakat.
Untuk upaya pemberantasan sarang nyamuk, Haris mengimbau para Camat agar pasca
banjir dapat menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan gotong royong di
desa-desa, sehingga lingkungan lebih bersih dan sehat. Gotong royong merupakan
salah satu langkah jitu dalam rangka memberantas sarang nyamuk.
Kunjungan Tim BNPB Pusat
Menindaklanjuti
informasi banjir besar yang melanda tiga Kabupaten di Riau, terutama Kabupaten
Kampar sebagai lokasi yang terparah. Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Pusat turun ke Kampar dan meninjau lokasi banjir dan berkunjung ke PLTA
Kotopanjang.
Ada
dua tim yang datang ke Kampar pada Kamis (11/2) dan Jumat (12/2). Tim pertama
berjumlah dua orang dari tim kedaruratan BNPB datang untuk meninjau banjir di
Kampar dan 7 desa yang terisolir di Kamparkiri Hulu, sedangkan tim kedua
berjumlah tiga orang dari tim kesiapsiagaan BNPB yang datang ke PLTA
Kotopanjang. Kondisi di Kmpar akan dilaporkan oleh tim BNPB kepada Dirjen
terkait di BNPB untuk dapat diambil langkah selanjutnya, terutama terkait
bantuan yang akan diberikan. Kedatangan tim BNPB ke PLTA dan menemui Manager
Pusat Listrik PLTA Bayu T Windriyo adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi
PLTA dan sistem pembukaan pintu serta alasan PLTA Kotopanjang membuka
pintu spill way dalam ukuran kecil atau besar.
Rumah Panggung Perlu Dilestarikan
Salah seorang Tokoh Muda Kabupaten Kampar Zulhendri Zainur SPd yang juga mantan
anggota DPRD Kampar kepada Riau Pos usai membersihkan rumahnya dari bekas
genangan banjir mengatakan bahwa ada fenomena menarik pada saat terjadi banjir.
Dimana, beberapa rumah panggung yang sudah lama ditinggalkan penghuni justru
menjadi tempat untuk berlindung masyarakat pada saat banjir terjadi. “Banyak
warga yang di pedalaman dan sulit untuk dijangkau, justru berlindung di rumah
panggung yang sebelumnya tidak ditempat.
Belajar dari kejadian ini, Zulhendri berpendapat bahwa
keberadaan rumah panggung di desa-desa yang berada di pinggir Sungai Kampar
perlu dilestarikan. Setidaknya, di setiap dusun ada satu rumah panggung untuk
tempat berkumpul masyarakat, termasuk untuk tempat mengungsi bila ada banjir. “Kondisinya
sekarang banyak rumah panggung yang kurang terawat, saya fikir ini mesti
difikirkan bersama, termasuk oleh pemerintahan desa hingga Kabupaten,’’ucapnya.
Selain itu, lanjut Zulhendri, berpijak
dari pengalaman dimana boat tidak bisa masuk ke pedalaman karena banyak
pohon, pagar, tali yang terbentang, maka perlu ada ketersediaan
sampan-sampan evakuasi dari masing-masing rumah warga yang ditempatkan di
titik-titik tertentu. “Kemudian, kami berharap agar pendistribusian bantuan
sembako dilaksanakan merata, karena pada banjir kali ini, sangat banyak
masyarakat yang membutuhkan bantuan, karena dampak banjir kali ini luar biasa.
Seperti kata para tetua, bahwa banjir kali ini seakan membuat luka lama
terkoyak lagi,’’sebutnya.
Pintu Spill Way PLTA Dibuka
Manager Pusat
Listrik PLTA Bayu T
Windriyo ketika ditemui di Kantor PLTA Kotopanjang mengatakan bahwa
pembukaan spill way terpaksa dilakukan karena ketinggian air dalam waduk sudah
mencapai 84,95 meter Diatas Permukaan Laut (DPL). Pembuangan air dilakukan
sejak ketinggian air 83 meter DPL. “Kami harus mengatur pembuangan air
sedemikian rupa. Namun karena air yang masuk ke PLTA dari Sumbar
sangat deras dan banyak, maka pembukaan pintu spill way harus dilakukan demi
keutuhan waduk, dan untuk mencegah musibah yang lebih besar lagi,’’ungkap Bayu
di sela kesibukannya memantau kondisi waduk PLTA.
Seiring dengan pembukaan pintu spill
way, Manajemen PLTA berkoordinasi dengan Sekda Kampar Drs H Zulfan
Hamid, Kepala BPBD Kampar Santoso MPd, Kapolsek Bangkinang Barat Iptu Wan
Mantazakka, dan menyebarluaskan informasi ke setiap desa yang rawan terkena
banjir akibat luapan air Sungai Kampar kanan. Menyikapi dibukanya pintu spill
way PLTA Kotopanjang, para petani Kerambah di Desa Ranah Kecamatan
Kampar kemarin dari pagi hingga sore disibukkan dengan aktivitas penggeseran
kerambah ke pinggir Sungai. Hal itu dilakukan untuk mencegah agar kerambah tak
hanyut terbawa derasnya air Sungai Kampar.***
Comments
Post a Comment