Keranjang Rotan Rohil Laris Manis
Menjaja Keliling Sepanjang Kampung dan Kebun Sawit
Usaha apapun jika dilakukan
dengan ketekunan dan ketelatenan sudah dipastikan akan membuahkan hasil yang
maksimal. Hal itu jualah yang dilakukan Abdul Rohman (32) dan 19 warga lainnya
di Desa Teluk Berembun, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, sebab hasil
kerajinan tangannya berupa keranjang atau bakul gendeng terbuat dari rotan laris
manis hingga ke Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Kota Dumai dan Kota Duri.
Laporan ERWAN SANI, Telukberembun
Seorang karyawan sedang membuata raga |
TANGAN Rohman bergerak cepat memintalhelaian rokan berukuran setengah inchi
menjadi lingkaran berdiameter satu meter. Lingkaran terbuat dari pintalan tiga
atau empat helai rotan ini merupakan kerangka awal untuk membuat keranjang
besar untuk timbangan tandan buah sawit. Dalam sehari dirinya dibantu
kemanakannya Muhammad Yusuf (12) bisa menyelesaikan enam hingga tujuh keranjang
berukuran besar tersebut.
Bukan keranjang rotan berukuran jumbo saja dibuat Rohman, akantetapi
ayah satu anak ini juga menyelesaikan pembuatan keranjang gandeng terbuat dari
rotan berukuran lebih kecil. Keranjang-keranjang gandeng berdiameter 40-50 Cm yang
dimanfaatkan para pedagang keliling untuk berjualan ternyata hasil kecermatan
dan kelihaian tangan istrinya Dina (28). ‘’Pada umumnya saya hanya membuat
kerangka atau polanya saja. Tapi untuk menyelesaikan jadi keranjang yang bagus
dan indah seperti itu, istri saya dan Yusuf,’’ jelas Rohman sambil menunjuk
keranjang rotan yang setengah jadi di depan teras rumahnya saat itu.
Keberadaan keranjang ukuran kecil, sedang dan besar berjejer di depan
rumah warga di Desa Teluk Berembun, ini ternyata sesuai dengan pesanan warga
dan juga perusahaan. Dikatakan Rohman, besar dan ukuran yang dibuatnya sesuai
dengan pesanan. ‘’Saat berkeliling membawa keranjang berukuran kecil dan besar
saya juga mendapat pesanan dari warga. Makanya ukuran besar atau kecilnya
keranjang tergantung permintaan warga,’’ kata Rohman sambil terus menjalin
helaian rotan.
Rohman yang sudah delapan tahun menggeluti usaha membuat keranjang rotan
ini sangat bergantung terhadap ketersediaan rotan. Sebab rotan yang digunakan
pada umumnya hasil hutan di Kabupaten Rokan Hilir dan umumnya dari wilayah
hutan di Kecamatan Tanah Putih. Jadi, tak ada rotan yang didatangkan dari
berbagai daerah. Rohman menegaskan, rotan-rotan yang dijual warga kepadanya
pada umumnya kualitas super dan terbaik.
Kamis (5/11) merupakan hari keberuntungan bagi Riau Pos. Pada hari itu rotan-rotan berukuran kecil dan besar baru
tiba di rumah Rohman. Makanya, siang itu rotan berukuran kecil dan besar
terlihat bertumpuk di bawah rumah panggung berukuran kecil di tepi Jalan Lintas
Riau-Sumatera Utara tersebut. Menurut dia, rotan-rotan tersebut didapatkannya
dari warga setempat. Sebab rotan-rotan tersebut merupakan hasil hutan yang
menjadi tambahan bagi warga Desa Teluk Berembun. Sebab untuk rotan-rotan
tersebut banyak didapatkan di tepian anak Sungai Rokan yang jaraknya sekitar
100 meter dari belakangan rumahnya.
Sebenarnya, kata Rohman untuk mendapatkan rotan ukuran kecil di
sepanjang sungai di belakang rumah ini bisa didapatkan. Tapi waktu tak ada
untuk mencarinya, makanya dirinya menunggu warga yang mengantarnya. ‘’Jadi
sudah ada langganan sendiri. Selain itu harganya juga sesuai kesepakatan yang
dibuat selama ini,’’ kata Rohman saat itu sambil beristirahat di kursi kayu di
depan rumahnya.
Dia
menjelaskan untuk ketersediaan bahan baku rotan selama dirinya menjalankan
profesi sebagai pengrajin belum ada masalah. ‘’Sampai sekarang terkait bahan
baku belum ada masalah. Paling masa sulitnya saat banjir melanda di sepanjang
sungai. Warga susah nak dapatkan rotan,’’ jelasnya.
Harga rotan yang dijual warga tempatan kepadanya tersebut berbeda
penetapan harganya sesuai dengan besar kecilnya. Jika ukuran kecil atau sebesar
kelingking orang dewasa dijual per kilogramnya Rp4.000. Rata-rata, kata Rohman
dalam satu kebat atau gulungan besar dengan ratusan helai rotan seberat 40 Kg.
‘’Jadi tinggal kali saja pak. Dalam satu kebat itu harganya bisa mencapai Rp160
ribu,’’ jelas Rohman sambil menunjuk lima tumpukkan rotan kecil di bawah
rumahnya saat itu.
Sedangkan yang itu, kata Rohman memindahkan jari telunjuknya ke rotan
berukuran sedang, dihitung per helai. Per helainya Rp1.000. Paling tidak dalam
sepekan dirinya memerlukan lebih dari 200-300 helai ukuran sedang tersebut. Jadi,
dalam sepekan Rohman harus mengeluarkan uang sekitar Rp1-15 juta untuk
pembelian bahan baku rotan. ‘’Tapi alhamdulillah
semuanya lancar. Sebab diimbangi dengan penjualan keranjang yang lancar juga.
Sebab sampai sekarang masih ada saja pembelinya pak,’’ jelas Rohman.
Per
Bulan Produksi 25-30 Pasang Keranjang
Bagi Rohman dan warga lainnya melakukan
usaha kerajinan tangan berupa pembuatan keranjang barang berukuran besar
merupakan pekerjaan rutin untuk memenuhi keperluan hidup keluarga. Makanya
setiap hari Rohman harus terus memproduksi anyaman rotan yang baik dan
berkualitas, sehingga tak mengecewakan pelanggan yang ada.
Menurut dia, setiap pekannya setiap pengrajin di Kampung Teluk Berembun bisa
memproduksi tujuh hingga sepuluh pasang keranjang sawit dan keranjang barang.
‘’Tapi semuanya tergantung penjualan dan pesanan. Semua tahu kalau keranjang
sawit itu bisa tahan lama dipakai. Jadi saya harus masuk kampung keluar kampung
yang lainnya untuk memasarkan keranjang ini,’’ tegas Rohman.
Hal serupa disampaikan Kosim Hasibuan, menjadi pengrajin anyaman rotan
sudah menjadi pilihan. Pekerjaan ini cukup menjanjikan dan bisa memenuhi
keperluan hidup keluarga setiap harinya. ‘’Alhamdulillah dengan pekerjaan ini
bisa menyekolahkan anak dan bisalah membuat kebun sawit sedikit,’’ jelasnya
sambil menyulam anyaman rotan.
Banyaknya produksi keranjang timbangan sawit ini karena saat
pembuatannya rotan tak perlu dikeringkan dahulu. Akantetapi setelah selesai
dijalin dan sudah menjadi keranjang baru dijemur di tengah panas. ‘’Kita
sengaja langsung menjalinnya. Sebab saat rotan kering sulit untuk menjalinnya lagi,’’
jelas Kosim Hasibuan.
Kecuali untuk pembuatan anyaman kursi, meja dan prabot rumah lainnya itu
harus dikeringkan dahulu. Sebab bagaimanapun kursi dari rotan itu harus dicat
atau dipernis. ‘’Makanya kami lebih memilih membuat keranjang timbangan sawit
dan keranjang gandeng ini,’’ jelasnya.
Makanya, hasil produksi setiap harinya bisa di tepi jalan lintas ini.
Selain upaya menjemur keranjang tersebut juga menjadi salah satu cara untuk
memasarkan keranjang-keranjang jumbo dan menengah itu kepada setiap orang yang
melintas.
Terus berkembangnya usaha yang ditekuni Rohman dan keluarganya lain
dikarenakan pendapatan cukup lumayan
besar. Dari hasil penjualan untuk keranjang ukuran besar atau keranjang untuk
timbangan buah sawit per unitnya dijual seharga Rp100 ribu. Sedangkan untuk
ukuran menengah per unitnya dijual seharga Rp60 ribu. ‘’Jadi kalau sepasang
bisa mencapai Rp200 ribu. Jadi tinggal dikali saja pak berapa pendapatan kotor
kita setiap pekannya,’’ jelas Rohman.
Dalam sepekan menurut dia bisa menjual enam sampai tujuh pasang
keranjang. ‘’Kalau mencari Rp3 juta per bulan dapatlah pak. Itu sudah bersih,’’
jelasnya.
Pembeli
Datang dari Medan, Dumai dan Duri
Selain menjual keranjang-keranjang rotan
tersebut kepada masyarakat Rokan Hilir, khususnya warga di Kecamatan Tanah
Putih, para pengrajin juga mendapat order dari berbagai daerah. Terutama dari
Sumatera Utara (Sumut), Kota Dumai dan juga dari Kota Duri.
Diakui Rohman pada umumnya para tauke sawit atau warga yang memiliki
pekerbunan sawit. ‘’Makanya setiap bulan tak pernah sepi orderan pembuatan
keranjang timbangan sawit dan keranjang gendeng tersebut,’’ jelas Rohman.
Menurut dia untuk akhir-akhir ini banyak warga memesan keranjang
gandeng. Alasan pembeli karena keranjang gandeng tersebut menjadi alat untuk
melansir atau mengangkut buah-buah sawit mereka. Makanya, kata Rohman keranjang
gandeng berukuran sedang banyak diproduksi saat ini. ‘’Seperti keranjang yang
sedang dibuat ini, sudah ada pemiliknya. Jadi tinggal menunggu jemputan saja.
Paling tidak sepekan lagi mereka datang menjemput,’’ jelasnya.
Kenang Rohman lagi, sebelumnya keranjang
yang dibuatnya tersebut juga ada dipasarkan ke Kecamatan Siak. Terutama untuk
di daerah Kandis, Minas dan Perawang. Tapi karena terlalu jauh akhirnya dirinya
memutuskan untuk memasarkan yang terjangkau saja. ‘’Untuk Rohi, Duri dan Dumai
saja sudah tak sanggup memenuhi pesanannya. Jadi fokus di tiga daerah ini saja.
Kalau ke Sumut paling kita titip pada bus atau mobil kargo saja. Itupun kepada
pelanggan tetap atau yang sebelumnya pernah mengambil keranjang dari kita,’’
jelasnya.
Usaha
Kerajinan Tangan Akan Jadi Perhatian Serius
Upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
usaha-usaha kecil menegah terutama usaha rumah tangga seperti kerajinan rotan
yang ada di Teluk Berembun menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Rohil.
Agar usaha kerajinan tangan seperti kerajinan rotan ini tetap eksis, Pemkab
Rohil akan terus melakukan pembinaan dan pelatihan. Terutama cara memproduksi
hasil kerajinan tangan yang bisa dipasarkan di Rohil sendiri maupun untuk
provinsi tetangga.
Bupati Rokan Hilir, H Suyatno Amp menjelaskan keberadaan Usaha Kecil
Menegah (UKM) menjadi tonggak kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
‘’Makanya kita sangat fokus untuk melakukan pembinaan UKM yang ada. Pembinaan
ini tentunya melalui Dinas Koprasi yang ada,’’ jelasnya.
Diakuinya usaha UKM yang ada di tanah putih yaitu di Teluk Berembun
cukup terkenal di Rohil bahkan sampai ke Kota Dumai dan Duri. ‘’Kita berharap
para pengrajin rotan tetap eksis dan terus meningkatkan kualitas produksinya.
Kalau kualitas dijaga kita yakin orang akan datang dan terus membelinya. Tapi
jangan mahal melangit pula harganya,’’ ucap Suyatno sambil tersenyum. ***
Comments
Post a Comment