20 Tahun Begelut di Pembenihan Ikan
Ratusan Ribu Benih
Baung Keluar Per Bulan
Keperluan benih ikan air tawar
endemik Riau terutama baung, patin dan selais untuk dibudidayakan sangat
tinggi. Bahkan setiap bulannya ratusan bahkan jutaan benih ikan terserap di 12
kabupaten/kota yang ada di Riau. Hal ini dikarenakan konsumsi ikan air tawar
terutama patin dan baung terus meningkat dari waktu ke waktu. Tak hanya di Riau
bahkan dari beberapa daerah seperti Sumatera Utara (Sumut) juga berharap benih
ikan baung dan patin dari Riau.
BERTANDANG di hatchry
Ranty Farm milik Ir Muhamad Thamrin di Jalan Mawar menjadi kebanggaan sendiri.
Selain bisa melihat langsung proses pemijahan benih ikan patin, baung dan
gurami juga melihat proses pemeliharaan larva atau anakan ikan yang baru tiga
menetas. Heatchry yang sudah berdiri
sejak 20 tahun silam ini tetap fokus menghasilkan ratusan ribu benih ikan yang
bisa dijual ke tengah-tengah masyarakat terutama para pembudidaya tambak ikan
seantero Riau.
Memiliki sepuluh kotak heatcry
atau (merupakan sebuah tempat untuk pembenihan memanipulasi suhu ruangan
agar menjadi lebih hangat/panas untuk benih ikan) Thamrin berusaha tetap eksis
dan menghasilkan benih-benih ikan yang berkualitas. Setiap bulannya dirinya
berusaha memproduksi atau menetaskan lebih dari 50 ribu anakan ikan baung,
patin dan juga gurami. Dengan jumlah itu juga terkadang dirinya kewalahan untuk
memenuhi pasar. Pasalnya dalam sebulan permintaan benih ikan terutama ikan
patin mencapai 500 ribu. ‘’Makanya dalam satu bulan paling sedikit memproduksi
150 ribu benih ikan,’’ jelas Thamrin yang saat itu memperlihatkan larva anakan ikan
patin baru berumur sepekan di heatcry miliknya.
Dibantu dengan seorang karyawan dirinya tak pernah bosan
berbuat agar benih yang dihasilkan tumbuh baik dan maksimal. Meskipun tidak
melakukan pemijahan secara alami akan tetapi menggunakan sistem indusced
breeding (kawin dengan suntik). ‘’Istilah dengan kawan-kawan sesama pemijahan
ikan ‘’kawin paksa’’ gitu,’’ kata Thamrin sambil tersenyum.
Dikatakan dia
keberhasilan untuk pemijahan sistem ‘’kawin paksa’’ ini bisa 100 persen. Hanya
saja untuk pemeliharaan hingga sampai jual menjadi kendala. Jadi, kata Thamrin
dari 100 persen telur jadi larva dan anakan itu bisa terjual keberhasilannya
maksimal 80-90 persen. Misalnya anakan dari hasil pemijahan dari satu induk 15
ribu keberhasilannya bisa mencapai 12 ribu benih. ‘’Jadi tergantung
pemeliharaan saat menetas. Jadi kondisi air harus benar-benar terjaga sehingga
anakan tetap sehat dan tumbuh maksimal,’’ jelasnya.
Untuk proses
pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva hingga menjadi benih siap dijual
kondisi atau suhu air harus benar-benar terjaga. Untuk itu suhu air harus tetap
di rentangan 26-30 derajat. Makanya, kata dia, setiap kotak heatcry miliknya
memiliki pengukur suhu air. Jika di atas
atau di bawah suhu tersebut resiko mati sangat tinggi. ‘’Kondisi suhu air
inilah terus dijaga sehingga benih ikan tetap tumbuh maksimal,’’ jelasnya.
Akhir pekan kemarin di sepuluh heatcry miliknya sudah ada
kurang lebih 150 ribu larva atau ikan baru menetas. Menurut dia dalam empat
pekan ke depan benih-benih yang baru menetas tersebut sudah bisa
didistrubusikan kepada pembudidaya ikan. Sebab ratusan benih ikan yang baru
berumur tiga hari tersebut sudah ada pemesannya. ‘’Satu atau dua bulan ke depan
benih ini sudah dijemput pemiliknya. Sebab benih-benih ikan ini sudah ada
pemesannya,’’ kata Thamrin yang sudah membina ratusan warga dan mahasiswa untuk
ahli di bidang pemijahan ikan.
Pada umumnya pembeli benih ikan yang diproduksinya setiap
tahun para pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing),
Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Siak. Bahkan ada juga
berasal dari Sumatera Utara (Sumut).
Untuk Sumut pada umumnya benih ikan baung. Sekali ambil paling tidak 5
ribu ekor. Itu rutin diambil setiap bulannya. ‘’Macam benih ikan baung ini
sudah ada pemesannya dan tinggal diambil saja pemiliknya kalau sudah cukup
umur,’’ ungkap Thamrin sambil menangguk benih ikan baung yang sudah berukuran
setengah inchi.
Ditanya tentang tantangan atau resiko untuk membenih ikan
khas Riau, Thamrin mengatakan untuk usaha pembenihan ikan atau pemijahan ini
resikonya tetap tinggi. Sebab kondisi air harus mencukupi agar tak beresiko
terhadap penyakit yang selama ini menjadi bumerang untuk pemijahan ikan. Sebab
berbagai penyakit bisa terkena pada ikan, terutama jamur dan sangat beresiko
itu whit spot atau ich yang merupakan parasit berwarna putih menempel di badan
ikan. ‘’Jika sudah terkena penyakit ini sangat sulit untuk dipulihkan dan
diyakini benih ikan berisiko mati,’’ jelasnya.
Untuk itu penjagaan kondisi air baik suhu, kebersihan sangat
diperlukan. Sehingga benih-benih ikan yang ada agar tetap terjaga dan tidak
mati sia-sia. ‘’Makanya setiap hari diperhatikan dan dipilah. Terutama tetap
mensortir ikan-ikan yang telah mati dari dalam kolam ikan,’’ jelasnya.
Per
Bulan Hasilkan Rp10 Juta
Penjualan benih ikan atau berwirausaha budidaya anakan ikan
ini sangat mengiurkan. Sebab untuk produksi ikan air tawar di Riau terus
menggeliat. Khususnya ikan-ikan endemik Riau, seperti ikan baung, patin dan
selais. Untuk tiga jenis ikan ini harga per ekornya sangat menggiurkan.
Dikatakan Thamrin untuk ikan baung untuk ukuran satu inchi
per ekornya Rp250. Sedangkan untuk ukuran dua inchi per ekornya Rp500. Begitu
juga dengan ikan patin untuk ukuran satu inchi per ekornya Rp120 dan ukuran 2
inchi Rp225.
Dengan harga tersebut saat sekarang cukup untuk memenuhi
biaya operasional jika rata-rata para pembeli dengan partai besar. Sebab
rata-rata pembudidaya atau tingkat petani ikan memesan di atas 2 ribu bahkan
terkadang mencapai 50 ribu benih.
Ayah yang memiliki tiga anak ini menjelaskan untuk
penghasilan pembenihan ikan yang digelutinya tersebut cukup untuk memenuhi keperluan
hidup sehari-hari. Bahkan untuk pendapatan per bulannya dari heatcry miliknya
tersebut mencapai Rp10 juta. ‘’Itu sudah bersih dikeluarkan biaya operasional
untuk pembelian pakan benih ikan. Untuk pembelian artemia per bulannya mencapai
Rp3 juta,’’ jelas Thamrin.
‘’Gimana lagi, uang gaji sebagai PNS sudah habis dipotong
bank,’’ jelas PNS yang sudah mengabdikan dirinya selama 24 tahun di Dinas
Perikanan Provinsi Riau tersebut.
Dia juga menceritakan bahwa untuk penghasilan sebesar itu per
bulannya buah atau hasil dari 60 ekor ikan patin betina dan 20 ekor jantan.
Begitu juga sebaliknya untuk ikan baung. Sedangkan untuk ikan gurami pada
umumnya didatangkan telur dari beberapa daerah di Pulau Jawa. ‘’Untuk gurami
sekarang kami sedang berusaha membuat indukannya,’’ tegas Thamrin.
Dikatakan dia untuk semua usaha harus benar-benar tunak
dilakukan. Karena dirinya berawal dari memanfaatkan lahan seluas 500 meter
persegi,di situ rumah tempat tinggal, kemudian di situ juga kolam tempat
indukan dan anakan ikan. Kemudian di
belakang rumah dengan ukuran 100 meter persegi dijadikan kotak-kotak atau
heatcry miliknya. ‘’Alhamdulillah berjalan sukses dan baik,’’ jelasnya.
Dengan hasil kerja keras saat sekarang anak pertamanya sudah
selesai mengecap pendidikan di Fakultas Perikanan Universitas Riau (Unri).
Sedangkan yang nomor dua saat sekarang sedang mengecap pendidikan di Fakultas
Kedokteran Unri dan nomor tiga sedang sekolah di tingkat SMP. Dikatakannya dengan usaha yang dilakukannya
itu lumayan bisa membantu anak-anak sekolah ke jenjang pendidikan tinggi. ‘’Kan
kedokteran itu mahal biaya kuliahnya. Jadi bisalah membantu anak untuk biaya
kuliahnya,’’ kata Thamrin.
Berbagi
Ilmu Bahkan jadi Pesaing
Sejak 1989 hingga 2014 lalu Thamrin berkecimpung di lapangan
sebagai pengembangan pembenihan ikan air tawar di Riau. Bahkan dirinya hanya
dua tahun di kantor. Selama di lapangan dirinya bertugas membina para petani
bahkan mahasiswa terkait pembudidayaan ikan air tawar mulai dari sistim kawin,
penetasan telur, hingga pemeliharaan benih untuk bisa didistribusikan ke tengah
masyarakat.
Sekarang, kata Thamrin sudah ada ratusan pembudidaya atau
yang ahli dalam pemijahan ikan air tawar yang ada di Pekanbaru. Bahkan sekarang
sudah menjadi pesaing bagi dirinya dalam usaha penyediaan benih ikan patin,
baung dan juga gurami.
‘’Satu sisi kita sukses memberi lapangan kerja baru kepada
petani dan mahasiswa. Satu sisi sekarang sudah menjadi pesaing kita. Tapi itu
tak ada masalah, sebab dengan begitu Riau tak perlu lagi mendatangkan
benih-benih dari luar Riau khususnya untuk patin dan baung juga gurami,’’
jelasnya.
Dengan banyaknya pembenih ikan tersebut bisa saling membantu
antara satu dengan yang lainnya. Misalnya beberapa daerah memerlukan benih dan
jumlah benih terbatas bisa meminta bantuan kepada para petani yang telah kita
didik tersebut. Apalagi sekarang sudah ada beberapa kelompok petani pemijahan
beberapa jenis ikan. Mulai petani dengan usaha pemijahan ikan lele, patin,
baung, nilai, gurami dan ada juga selais. ***
Comments
Post a Comment