Muka dan Kepala Berlumpur untuk Sebutir Buah Tanah, Berwisata Mangrove di Kembung Luar (2)
Buah Tanah |
Mencari buah tanah (jenis kerang-kerangan) habitatnya sangat banyak
terdapat di anak sungai di Sungai Kembung Luar. Buahtanah ini menjadi makanan
khas di Desa Telukpambang, bahkan rasanya lebih enak jika dibandingkan dengan
lokan dan sejenisnya.
DI hari kedua, Ismail ditemani tiga teman lainnya mengajak bloger untuk menikmati sensi mencari buah
tanah di hulu Sungai Selayar, yang merupakan salah satu anak Sungai Rambai.
Berbeda dengan mencari siput gantung dilakukan pada saat air pasang mulai naik
hingga air pasang surut. Sedangkan mencari buah tanah mencarinya saat air pasang
surut hingga air pasang naik.
Karena air pasang naik agak sore hari, akhirnya sekitar
pukul 08.00 WIB Ismail mengajak bergerak menuju hulu Sungai Rambai. Kali ini
peralatannya cukup unik, karena harus membawa parang koting (atau parang yang tumpul
namun ujungnya pepat) berukuran sehasta. Kemudian tak lupa pula membawa karung
untuk tempat buah tanah.
Namun perjalan kali ini bukan menggunakan perahu seperti
mencari siput, sebab Ismail membawa kami menuju lokasi mencari buah tanah
menyusuri tepian Sungai Rambai. Selain itu mengarah ke hulu Sungai Selayar.
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 45 menit baru tiba di lokasi atau tempat
untuk merajah atau menyeluk buah tanah.‘’Caranya mudah dan ikuti caranya,’’ jelas Ismail sambil
menusukan parang koting ke lumpur di tengah alur sungai saat itu.
Saat itu sambil terus melihat cara yang diajarkan Ismail dan
akrab disapa Sulung ini akhirnya bloger mencoba melakukannya. Dan ternyata saat
dicoba menusuk besi seperti parang itu ke dalam lumpur di alur sungai langsung
terasa berbentur dengan besi dan pasir agar keras. Dengan cepat Sulung berujar ‘’Ha
itu dia (buah tanah, red),’’ ucap Sulung.
Karena tak tahu harus berbuat apa, akhirnya parang yang
dirajah ke dalam tanah itu diambil alih Sulung dan kemudian dia mengoyangkan
kiri ke kanan dan memutar-mutar parang seakan-akan membuat lubang. Seketika itu pula, Sulung langsung menarik
parang dari lubang. Kemudian dengan cekatan tangan Sulung langsung masuk ke
dalam lubang yang dibuatnya dan seketika kerang berbentuk bundar
kehitam-hitaman berada di tangannya. ‘’Ini dia buah tanahnya,’’ ujar Sulung
sambil memberikannya kepada kami.
Seakan-akan rezeki sedang berpihak kepada kami, sekali lagi
merajah ke dalam lumpur hal yang sama dirasakan dari ujung parang. Akhirnya
saya berusaha dan mencoba apa yang dilakukan Sulung. Dengan cekatan tangan saya
mulai melesak ke dalam lubang tanah. Ternyata benar, buah tanah letaknya dalam
ke dalam lumpur. Bahkan tangan hingga sebahu barulah dirasa buah tanah.
Kala itu keberuntungan berpihak, ternyata di dalam lubang
tersebut terdapat dua buah tanah. Namun itulah badan berlumpur hingga ke pipi.
Namun keasikan merajah tanah dan bermain dengan lumpur tak terasa sudah tiga
jam berlalu dan rata-rata mendapatkan 50-80 biji buah tanah. ‘’Nampaknya kita
bergerak pulang lagi. Air sudah mulai naik pasang ni,’’ jelas Sulung.
Akhirnya kami bersama-sama membersihkan badan dengan air asin yang ada di Sungai Selayar. Keletihan hilang ketika kurang lebih 200 biji buah tanah bisa kami bawa pulang. ***
Comments
Post a Comment