Lahan Tidur, Sungai dan Tasik Menjadi Jadi Tambak Ikan


 
Memiliki keramba ikan, tambak udang, kolam ikan di lahan tidur, sepanjang sungai dan tasik tentu impian banyak nelayan. Tapi mereka tak tahu bagaimana memulainnya karena sering menjadi keluhan terkait modal dan tak adanya pengalaman. Akhirnya pendapatan nelayan yang menggantungkan hidup di tepian tasik, sungai dan selat tak sebanding lagi dengan garangnya ekonomi saat sekarang.  Untuk itu solusi terbaik membuat program yang bisa memberikan nilai tambah bagi nelayan. Terutama membuat keramba ikan apung di sungai, tasik dan kolam ikan di lahan tidur milik nelayan.


Pekerja Tambak Ikan di PLTA
HAMPARAN hijau daun-daun piyai, senayan dan juga rumput sarang buaya yang melambai-lambai tertiup angin itu pemandangan di Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir.  Selain itu berjaras dan berumpun-rumpun dan berhektare-hektare  pula nipah di tepian sungai yang umumnya menjadi hama.
     Luasnya semak belukar, baran dan hutan nipah ini menunjukkan betapa luasnya lahan tidur yang belum dimanfaatkan masyarakat di provinsi kaya ini. Lahan-lahan kosong tersebut terlihat ditingalkan begitu saja.
Berbeda seperti di Sinaboi lahan tidur itu baru diolah ketika musim menanam padi tiba. Setelah itu dibiarkan begitu saja tanpa dikelola. Hal inilah membuat lahan beratus-ratus hektare tersebut kembali menjadi semak belukar kembali.
   Pemandangan ini bukan saja terlihat di pesisir pantai Bagansiapi-api saja akan tetapi bisa juga dilihat di pesisir pantai Kota Dumai, Bukitbatu, Pulau Bengkalis, Pelelawan, Tebingtinggi, Indragiri Hulu (Inhu) dan  Indragiri Hilir.
   ''Lahan kosong tak sedikit. Tapi kita tak tahu mau buat apa. Sebab kita terbentur modal dan tak tahu nak membuat tambak ikan, karena kami nelayan berpikiran untuk buat tambak atau kolam ikan perlu dana besar,'' jelas Suprianto.
    Bahkan lahan-lahan kosong yang ada biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk menanam padi dan sekarang sebagian besarnya sudah dimanfaatkan untuk menanam sawit. ''Sebab sawit juga bisa hidup di daerah air payau. Makanya masyarakat mulai menanam sawit. Tengoklah, tak sedikit lahan kosong di sepanjang jalan menuju Sinaboi sudah ditanami sawit. Tapi tak sedikit pula yang masih kosong,'' jelasnya.    
    Pernyataan-pernyataan seperti ini juga dilontarkan tokoh-tokoh masyarakat di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis kepada kami. Seperti diungkapkan Yusri, untuk potensi perikanan air tawar maupun sungai tak sedikit. ''Tapi kami tak tahu mau memulainya dari mana. Di tempat kami ini mengalir Sungai Kembung yang airnya tak pernah kering. Kemudian lahan tidur ratusan bahkan ribuan hektare di sepanjang bibir pantai Pulau Bengkalis. Kadang-kadang kami ingin juga memanen ikan macam daerah lain, tapi kami tak ada modal,'' jelasnya.
  Pemandangan lahan tidur dan tak termanfaatkan dengan baik juga terlihat di sepanjang perjalanan Riau Pos menuju Kualaselat Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) beberapa waktu lalu. Lahan-lahan tidur tersebut bahkan terbiar begitu saja dan tidak ada dimanfaatkan masyarakat.
    Luasnya lahan ini mencapai ratusan hektare dan jika digabungkan seluruh kabupaten di Riau terutama di daerah pesisir pantai jumlahnya mencapai ratusan ribu hektare. Padahal dari sekian banyak lahan tidur yang kosong itu bisa menghasilkan dan berpotensi untuk pengembangan perikanan, baik ikan air tawar, air payau maupun air asin.
     Dengan luasan lahan tidur tersebar di beberapa kabupaten/kota seperti inilah perlu program terpadu dan berkerja sama dengan masyarakat. Seperti membuat kolam udang, ikan air tawar dan juga ikan air asin.
Riau Miliki Puluhan Tasik dan Empat Sungai Besar
Potensi perikanan di Riau sudah tak terbantahkan lagi. Hal ini dikarenakan Riau memiliki lautan, selat, tasik-tasik (danau-danau) kecil dan besar. Selain itu Riau juga memiliki empat sungai besar menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat yang hidup dipinggirnya.
    ''Sayangnya masyarakat kita masih berharap potensi ikan yang ada di dalam tasik, selat dan juga sungai besar itu. Padahal semuanya tak sebanding lagi dengan jumlah yang menangkap ikan dengan potensi ikan di tempat tersebut,'' kata akademisi Perikanan dan Kelautan Riau Prof DR Ir Irwan Effendi MSc.
     Dikatakan dia, untuk Selat Melaka saat sekarang tak lagi mempunyai potensi besar untuk nelayan-nelayan Riau. Sebab potensi ikan terus merosot turun dari tahun ke tahunnya. Hal ini dikarenakan jumlah penangkap ikan lebih banyak ketimbang potensi ikan. ''Selat Melaka sudah menjadi zone merah. Jumlah ikan lebih sedikit dibandingkan dengan nelayan menangkapnya,'' ucapnya.
    Begitu juga dengan empat sungai besar yang ada di Riau. Jumlah ikannya tak lagi seperti 20-30 tahun yang lalu. Sehingga ikan yang didapatkan nelayan hanya cukup untuk makan. Tak hanya sungai akan tetapi tasik-tasik yang ada di kabupaten/kota di Riau juga mengalami penurunan potensi ikan sangat drastis. ''Ini terjadi karena perubahan lingkungan dan perubahan habitat di dalamnya,'' kata Irwan Effendi.
    Banyaknya lahan tidur, banyaknya tasik-tasik besar di Riau dan adanya empat sungai besar sebenarnya bisa kembali memberikan manfaat yang lebih kepada nelayan yang menggantungkan hidup terhadap ikan. Caranya tentu memberikan perhatian khusus terhadap potensi perikanan di setiap kabupaten dan kota.
    ''Padahal lahan tidur ini sangat berpotensi besar. Jika saja dibuat kolam ikan, tambak udang putih bagi jika lahan tidurnya terletak dibibir sungai atau pantai. Ini yang perlu dilakukan Dinas Perikanan kabupaten/kota,'' ucapnya.
     Sehingga para nelayan tak lagi berharap seratus persen terhadap tangkapan ikan di laut, sungai dan juga tasik. Menurut Irwan, para nelayan itu tetap saja menangkap ikan tapi tambak, keramba mereka tetap ada sehingga masih bisa menghidupi keluarga dari panen ikan yang hanya memakan waktu 3-8 bulan tersebut.
Manfaatkan Sungai dan Tasik untuk Keramba
Keberhasilan beberapa kabupaten membuat program seribu keramba di sepanjang sungai bisa dijadikan contoh bagi kabupaten/kota di Riau. Sedangkan untuk tasik atau danau perlu mencontohi Kota Padangpanjang, sebab mereka memiliki ribuan keramba di dalam danaunya sedangkan tasik atau danau yang ada di Riau tak ada satupun keramba apung.
    Sebut saja Danau Jamrud, Tasik Puyu-puyu, Tasik Siak Giam dan tasik-tasik kecil lainnya baik berada di Kabupaten Siak, Bengkalis, Kepulauan Meranti dan juga Pelalawan.
    Oleh sebab itu, agar tasik-tasik dan sungai-sungai besar dan lahan tidur yang memiliki potensi besar bisa termanfaatkan menjadi sumber pengembangan perikanan air tawar, payau atau masin Diskanlut Riau sudah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota. Terutama mengedepankan program memberdayakan masyarakat untuk bisa membuat keramba, tambak maupun kolam yang bisa menjadi pendapatan utama bagi kehidupan.
    ''Sudah dan berhentilah memberikan bantuan jaring, akan tetapi berpindahlah memberikan bibit, alat-alat untuk membuat keramba dan mesin membuat pelet untuk pakan ikan. Itu saya nilai sangat tepat,'' jelas mantan Rektor Unilak ini.
     Bantuan jaring di kabupaten Bengkalis misalnya jika disambung-sambung sudah bisa sampai ke negara jiran Malaysia. Tapi masyarakat kita tetap nelayan yang ketika musim angin kuat tak bisa melaut sehingga mereka harus menumpuk utang, karena tak ada penghasilan lain. Sehingga musim tangkap tiba, mereka hanya melunasi utang-utang yang mereka buat. ''Tapi beda halnya jika mereka memiliki keramba, tambak atau kolam ikan, yakin mereka bisa hidup dan tidak berutang,'' lanjutnya.
Diperlukan Pilot Projek
Kebiasaan masyarakat sangat sulit untuk dirubah, apalagi para nelayan yang ada di Riau. Untuk itu pemerintah harus melakukan berbagai biar para nelayan tak menggantungkan hidup sepenuhnya dari tangkapan ikan di laut, danau dan sungai.  Kemudian merubah pola nelayan tradisional menjadi modren, salah satunya mmberikan contoh kepada masyarakat bagaimana menuai untung dari berusaha keramba, tambak dan juga kolam ikan.
Betul, merubah kebiasaan tersebut bukan perkara mudah, tapi salah satunya tentu memberikan contoh-contoh keberhasilan para nelayan yang sebelumnya menggantungkan hidup dari tangkapan ikan menjadi nelayan yang berhasil dari panen ikan dari keramba, tambak atau kolam.
    ''Caranya, tentu membuat pilot projek atau percontohan di daerah-daerah atau kecamatan-kecamatan dengan membuat kelompok-kelompok. Dan diupayakan perhatian serius sehingga kelompok itu berhasil. Jika berhasil saya yakin semua orang mau menirunya,'' kata Dosen perikanan ini lagi.
     Permasalahan terjadi selama ini, bantuan pembuatan keramba, tambak atau kolam hanya sekadarnya saja. Setelah diberikan bantuan bibit ikan, udang dan peralatan pembuatan keramba, tambak dan mesin pembuatan pakan dibiarkan saja. Akhirnya nelayan dengan kemampuannya sendiri tak bisa memberikan hasil maksimal. ''Jadi kuncinya dibimbing mereka hingga berhasil. Jangan hanya sekadar proyek setelah itu dibiarkan saja,'' tutupnya. ***

Comments

Popular posts from this blog

Bermain Layang Wau hingga Malam di Bengkalis

Keranjang Rotan Rohil Laris Manis

Mencari Kijing, Siput Gantung, Buah Tanah, Bongan dan Lokan (1) *Berwisata Mangrove di Kembung Luar