Ketagihan dan Penasaran
HINGAR bingar bisnis warnet dan game online memberikan seribu dampak untuk tatanan kehidupan masyarakat di Riau, khususnya di Pekanbaru. Bahkan tak jarang buka selama 24 jam dan sangat mengganggu kenyamanan masyarakat. Bisnis game online ini sangat memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan mayoritas anak-anak yang selama ini menjadi segmen bisnis. Bahkan tak jarang anak-anak harus bertapa (menginap) di warnet hingga pagi hari.
‘’Anak-anak penasaran dan kecanduan. Kalau sudah kecanduan
tentu berbagai dampak negatif yang timbul. Rasa penasaran dan keinginan
terkadang tak sesuai dengan keadaan. Tak uang akhirnya menjadi penjambret dan
menipu orangtua. Kasus ini sudah ada terjadi di tengah-tengah kita sekarang,’’
kata Sosiolog dari Unri Dra Risdayati MSi.
Ketua P2TP2A Riau ini juga menegaskan bahwa untuk sekarang
sudah sering terjadi persoalan yang ditimbulkan dari bisnis warnet dan game online. Semua tahu ini teknologi
dan itu sah-sah saja dibuat bisnis. Tapi kalau dampaknya merusak tentu tak
sejalan lagi dengan pembangunan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang
diinginkan.
Dikaitkan dengan dengan P2TP2A kasus kita anak pelaku
rata-rata yang kecanduan di warnet. Misalnya menjambret, mencuri karena di
candu dan tak ada duit. Kemudian berbohong kepada orangtua, bolos dari sekolah dan pergi main game.
Ada kelemahan jika ketagihan main game. Pikirannya tak
kemana-mana dia hanya memikirkan pemainan itu saja. Bahkan sekarang ada bentuk
permainan itu seperti berjudi. Yang membuat anak-anak jadi tertarik. ‘’Banyak
kasus kami tangani pelaku adalah anak-anak yang hobi main di warnet atau game
online. Pelaku pelecehan seksual dan kejahatan lainnya, akibat dari bermain
warnet dan game online tadi,’’ ucap Risdayati.
Dikatakan dia, ada kasus anak-anak sangking menggilanya main
warnet atau game online ada dua hari tak pulang-pulang ke rumah. Sedihnya, kata
Risdayati, yang risau itu masyarakat yang ada di sekeliling warnet atau game
online. ‘’Emak bapak dia tak risau dan tak mencari anaknya itu. Kan aneh
kehidupan sekarang ini. Pertanyaan kita, mungkin kesibukan orangtua, ketidaktahuan
orangtua atau orangtua tak peduli,’’ tegas Rida lagi.
Anehnya ketika dilakukan razia oleh polisi dan guru beberapa
waktu lalu, kemudian orangtua dipnggil tapi seakan tak respon. Malahan membela
anak mereka. ‘’Biasalah budak-budak bermain. Melihat fenomena ini terenyuh hati
kita, sayang Pak Polisi dan Guru ke anaknya daripada dia (orangtua,red),’’
jelas Risda.
Orangtua anak-anak
seakan tak mengerti, bahwa pengaruh besar dari bermain game online dan berbagai
situs lainnya merubah pemikiran anak-anak mereka. ‘’Kalau ke lebih baik tak
apa-apa. Tapi kalau ke negatif tentu merugikan anak-anak dan mereka
(orangtua,red). Karena saat itu mereka komunikasi fasip dan tidak aktif apalagi
tak ada penjelasan dari orangtua,’’ jelasnya.
Agar anak-anak tak menjadi korban dan generasi penerus
bangsa ini semakin rusak, peran pemerintah sangat diperlukan. Terutama
melakukan kontrol langsung ke tengah masyarakat terkait berdirinya warnet atau
game online ini. Menurut dia perlu diapresiasi itu di Kabupaten Siak. Sebab mereka
sudah mulai melakukan pembatasan jam operasi bagi warnet dan tidak berpakaian
sekolah. Kemudian anak-anak paling lama dua jam di warnet.
Anak jadi Korban
Bisnis
Keberadaan bisnis warung internet (warnet) satu sisi bisa
menambah penghasilan bagi bagi seseorang juga membantu masyarakat mengetahui
teknologi modren. Hanya saja keberadaan warnet sekarang malah menjadi usaha
yang sangat meresahkan masyarakat. Bahkan bisa menjadi tempat berawalnya
penyakit masyarakat (pekat) dan korbannya anak-anak di bawah umur.
Adanya game online
di warnet menjadi tidak sepi bahkan buka selama 24 jam. Hal ini tentunya
memberikan dampak negatif bagi anak-anak sebab tak sedikit anak-anak harus
bertanggang mata hingga tengah malam. Selain itu aktivitas warnet meresahkan
masyarakat sebab berbagai hal negatif terus terjadi, sebab tak sedikit warnet
tetap membuka situs-situs porno yang tak seharusnya dilihat anak-anak.
Dengan tingginya dampak negatif tersebut, Anggota DPRD Kota
Pekanbaru Dian Sukheri berharap pemerintah dapat menerapkan Perda Ketertiban
Umum untuk menindak warnet yang buka hingga tengah malam tersebut. ‘’Jika tidak
segera buat Perwako atau dibuat Peda khusus untuk warnet dan game online ini.
Sebab keberadaan usaha ini sudah sangat meresahkan masyarakat dan jelas-jelas
mulai merusak tatanan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa,’’ jelas
Dian Sukheri.
‘’Kalau dampak negatifnya lebih besar dari manfaatnya untuk
apa dipertahankan. Ya pengusaha berdalih
untuk hidup. Tapi kalau merusak ya ditindak saja, sehingga masyarakat dan
anak-anak tak dirugikan,’’ jelas Dian Sukheri.
Kemudian Dian Sukheri juga berharap keterlibatan masyarakat
untuk ikut andil. Terutama membuat kebijakan bersama, misalnya ada dilakukan
beberapa RW dan RT di Pekanbaru. Sehingga kebijakan itu bisa jadi tameng atau
penangkal agar tak terjadi penyakit masyarakat ini. ‘’Kita tak melarang orang
untuk usaha, tapi kalau negatifnya lebih besar untuk apa usaha itu di tengah
masyarakat. Lebih baik ditutup saja,’’ jelasnya.
Comments
Post a Comment