‘’Menyusuri Selat Pemersatu Kampung’’
Kenangan Masa Lalu |
‘’Berpisah bukannya bercerai’’. Itulah istilah yang
tepat diberikan terhadap perkampungan di Pulau Padang terutama di sepanjang
perairan Selat Bengkalis. Pasalnya sampai saat sekarang untuk mendapatkan
keperluan pokok masih berharap lajunya speedboat dan lajunya kapal kayu ke
pusat Kota Bengkalis.
HAMPARAN pelabuhan berpancangkan beton sudah menjadi pemandangan taka sing
di sepanjang pesisir pantai timur Provinsi Riau. Pancang yang berdiri kokoh
menjorok ke tengah selat menjadi suatu kewajiban di setiap perkampungan.
Pemandangan pelabuhan-pelabuhan rakyat seperti inilah terlihat berjejer di
tepian Pulau Padang tepatnya di Selat Bengkalis.
Keberadaan pelabuhan selalu diramaikan
warga tempatan pagi, siang dan sore hari bukan sekadar untuk bersantai. Akan
tetapi lebih menjadi sebagai punca kehidupan bagi masyarakat. Karena keberadaan
pelabuhan lebih tepat sebagai pusat perekonomian masyarakat, di sanalah tempat
menaikan barang-barang sembako dan juga keperluan material lainnya.
Kami sempat bertandang menuju perkampungan tak jauh dari ujung Pulau
Padang, tepatnya di Kampung Kudap. Perkampungan yang jumlah penduduknya
mencapai1.020 jiwa suku asli atau akit ini tak bisa di tempuh melalui jalur
darat. Walaupun harus menyeberang dari Pulau Bengkalis tetap saja harus
menggunakan pompong sebagai transportasi untuk menuju perkampungan tersebut.
Tim kami, saat itu memutuskan untuk menuju perkampungan
tersebut menggunakan speedboat. Speedboat
merupakan angkutan satu-satunya untuk menghubungkan Kota Bengkalis dengan
Kampung Kudap. Perjalanan dari pelabuhan Eks TPI Pasar Bengkalis lama. ‘’Berangkat jam 08.00
WIB pak,’’ ucap penjual tiket kepada kami saat itu.
Sekitar pukul 07.30 WIB, para penumpang
sudah mulai ramai di ujung pelabuhan tersebut. Satu per satu penumpang memasuki
speedboat dan mencari seat yang
disenangi saja. Pasalnya nomor seat tak berpengaruh walaupun setiap penumpang
harus membeli tiket. Saat itu kami memutuskan untuk
duduk di seat depan. Akhirnya
perjalananpun di mulai, walaupun gelombang Selat Bengkalis agak menggelora
karena pagi itu air sedang naik pasang.
Merangkai
Kampung
Desingan tiga mesin speedboat berkekuatan masing-masing 200 kuda tak terlalu terdengar
di dalam ruangan. Walaupun speedboat antar pulau ini jika di luar terdengar
desingan mesin sangat kuat, tetap saja di dalam ruangan penumpang agak nyaman
dan jauh dari bunyi mesin. Di tengah melawan ombak di selat saat itu tiba-tiba
sang kapten melambatkan laju speedboat,
ternyata tujuan perkampungan pertama disinggahi. ‘’Ada turun Tanjungpadang,’’
ujar anak buah kapal ke dalam ruangan speedboat bertanya kepada penumpang yang
sedang duduk.
Sekitar dua penumpang mulai berkemas dan
mengangkat tas dan berdiri menuju pintu keluar speedboat. Ternyata pelabuhan pertama yang disinggahi speedboat tersebut di Desa Tanjungpadang. Di pelabuhan ini ada
satu penumpang yang naik. Setelah menaikkan penumpang, speedboat kembali melaju.
Sekitar sepuluh menit kemudian perjalanan
di lanjutkan. Laju speedboat kembali dengan kecepatan semula namun dan berselang
15 menit saja, kapal kembali melambat kembali kali ini pintu keluar speedboat dibuka. ‘’Ikat tali,’’ ucap
kapten kapal kepada anak buah kapal saat itu. Beberapa penumpang kembali masuk
ke dalam speedboat. ‘’Ini Pelabuhan
Desa Sungai Labu,’’ ucap Yanto (28) sang anak buah kapal.
‘’Kita hampir singgah semua pelabuhan yang
ada di Selat Bengkalis ini,’’ ucap Yanto (28) anak buah speedboat.
Speedboat ini, menurut Yanto singgah di Pelabuhan Desa Ketamputih di Pulau
Bengkalis. Selanjutnya speedboat
singgah di Pelabuhan Desa Dakal, Sungai Hiu, Dedap dan Kelamoyang.
Kemudian singgah di Pelabuhan Kudap,
Bandul, Kampungbaru, Telukbelitung kemudian dilanjutkan ke beberapa pelabuhan
di Pulau Merbau, Rangsang dan berakhir di Selatpanjang.
‘’Kalau ke kudap paling lama satu setengah
jam. Tapi kalau tak singgah-singgah bisa satu jam. Tapi ke Selatpanjang bisa
memakan waktu 3-4 jam, karena singgah-singgah tadi,’’ jelasnya.
‘’Tapi semuanya tergantung cuaca. Kalau
gelombang kuat bisa lama juga sampainya,’’ lanjutnya.
Angkutan cepat laut ini benar-benar membantu
masyarakat, pasalnya tak hanya membawa penumpang. Barang-barang dagangan
penumpang juga banyak terdapat di atas dek.
Sebagai
Transportasi Pedagangan
Speedboat yang mengarungi Selat Bengkalis, Selat Melaka, Selat Merbau, Selat
Rengit hingga Selat Rangsang ini benar-benar menjadi pion perekonomian
masyarakat. Seperti disampaikan, Akun (35) warga Desa Kudap kepada kami, keberadaan speedboat
tersebut bisa memberikan kemudahan kepada masyarakat. Terutama untuk membawa
Sembako dan barang lainnya.
‘’Kalau kami lebih memilih berbelanja di
Bengkalis. Jaraknya lebih dekat. Dan transportasi yang kami gunakan ya speedboat ini,’’ jelas Akun yang juga
tokoh pemuda Desa Kudap ini lagi.
Akun yang siang itu tiba di Kudap
menggunakan speedboat tampak membawa
barang-barang material dan sembako. ‘’Saya berbelanja tadi di Bengkalis.
Berangkat ke Bengkalis tadi pagi. Sore dah bisa tiba di Kudap,’’ jelasnya
sambil menjinjing bungkus ciki-ciki makanan ringan untuk anak-anak saat itu.
Dengan adanya speedboat sangat terbantu. Dulu untuk berangkat ke Bengkalis atau
Selatpanjang harus menggunakan kapal kayu. Berangkat pagi sore baru tiba di
Bengkalis. Tapi dengan adanya Speedboat
sangat memberi dampak positif, terutama cepatnya tiba di Bengkalis dan sore
sudah tiba di Kudap. ‘’Jadi berangkat pagi, jam 13.30 WIB sudah bisa berangkat
kembali ke Kudap,’’ jelasnya yang saat itu sempat berbicara panjang di ujung
Pelabuhan Desa Kudap.
Memilih berbelanja di Bengkalis terutama
untuk Sembako dan barang harian lainnya untuk mengisi kedai di Kudap sudah
dilakukan sejak lama. Sebelum berpisah dari Kabupaten Bengkalis, warga Kudap
memilih berbelanja di Bengkalis. ‘’Kalau mau jalur darat bisa menyeberang ke
seberang menggunakan pompong. Sepedamotor bisa dibawa menuju Bengkalis. Jalan lumayan
bagus. Tapi kalau pakai mobil tak bisa karena jalan rusak,’’ jelas Akun.
Dipilihnya Bengkalis, karena jarak untuk
menuju ibukota Kabupaten Bengkalis tersebut hanya memakan waktu 1-1,5 jam saja.
Sedangkan untuk menuju Selatpanjang memakan waktu 3-4 jam. ‘’Jadi lebih dekat
berbelanja di Bengkalis,’’ ucap Akun.
Untuk memilih jalur darat menuju
Tebingtinggi lebih lama lagi. Apalagi akses jalan dari Desa Kudap, Perawang,
Bandul, Kampungbaru, Mengkopot, Mengkirau hingga belitung harus melintasi jalan
tanah. Kemudian harus menyeberang ke Pulau Merbau dan menyeberang di Selat
Rengat. ‘’Kalau jalur darat bertambah jauh. Makanya kalau ada urusan
administrasi desa harus bermalam di Selatpanjang. Besoknya baru pulang,’’ jelas
Akun yang juga pengurus salah satu partai di Kabupaten Meranti ini.
Hal serupa dikatakan Denan (40) untuk
urusan berbelanja dan menjual hasil pertanian lebih memilih di Bengkalis.
Kecuali batang sagu harus menjual di Selatpanjang. Karena di Bengkalis tak ada
kilang Sagu. ‘’Belanja makanan biasanya warga kudap lebih memilih Bengkalis,
ketimbang ke Selatpanjang. Karena jaraknya lebih dekat. Jadi keberadaan
speedboat sangat membantu warga kami,’’ kata Denan kepada kami.
Hal serupa dikatakan Edi (38) jika terjadi
masalah pada speedboat tujuan
Bengkalis-Selatpanjang bisa berisiko bagi masyarakat. Pasalnya untuk menghubung
antar ibukota kabupaten hanya itu satu-satunya jalan yang tercepat. ‘’Speedboat sangat membantu warga. Masalah
biaya tak terlalu mahal ke Bengkalis berkisar Rp50-60 ribu. Sedangkan ke
Selatpanjang kisaran Rp100 ribu. Jadi tak terlalu mahal,’’ jelasnya.
Berharap Akses Jalan Segera Terbangun
Menghilangkan rasa kekhawatiran putusnya
arus transportasi laut, diharapkan pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti harus
menyegerakan pembangunan akses jalan poros antar desa di Pulau Padang. Paling
tidak dengan selesainya jalan poros tersebut bisa memuka akses jalan. Oleh
sebab itu warga Pulau Padang sangat berharap disegerakan pembangunan beberapa
jembatan penghubung.
Seperti dari Pulau Tebingtinggi ke Pulau
Merbau melalui Selat Rengit. Kemudian membangun Roro dari Pulau Merbau ke
Telukbelitung. ‘’Dan kami berharap ada Roro dari Pulau Padang menuju Pulau
Bengkalis. Paling tidak warga berada di Selat Bengkalis ini bisa terbantu,’’
jelasnya. ***
Comments
Post a Comment